PEMIMPIN YANG EFEKTIF (Bagian II)

>> Friday, August 1, 2008

Kesulitan yang terjadi untuk menjadi pemimpin yang efektif seringkali berasal dari internal/pribadi pemimpin tersebut. Tanda-tanda ketidakmampuan seseorang sebagai pemimpin akan terlihat ketika dia menerapkan model one man show. Hal ini akan menyebabkan dia terjerembab karena tidak mendapat dukungan dari orang-orang di sekitarnya (sabotase bawahan). Segala keputusannya tidak dijalankan sebagaimana mestinya baik melenceng dari sasaran maupun keterlambatan dari jadwal yang ditentukan. Hal ini terjadi karena sang pemimpin tidak mampu menjaga interpersonal relationship yang baik antara dirinya dengan bawahan, antara bawahan dengan bawahan maupun sesama koleganya. Karena itu seorang pemimpin harus menguasai lingkungan atau komunitas yang dipimpinnnya sehingga membuat mereka menyerahkan diri di bawah pengaruh sang pemimpin. Ini sangat penting karena di milenium ketiga dipenuhi dengan orang-orang yang sadar dengan kualitas, proporsional, profesional, dan cenderung menolak primodialisme. Jadi kepemimpinan model hero leaders tak akan laku lagi saat ini dan dimasa mendatang.

Satu hal lagi yang penting diperhatikan untuk menjadi pemimpin yang efektif, yaitu kesadarannya bahwa semua problem atau masalah yang terjadi bersifat kontekstual dan membutuhkan pendekatan yang berbeda, walalupun ada beberapa masalah yang memiliki kesamaan tetapi dapat dipastikan nmemiliki ciri khasnya masing-masing. Artinya pemecahan masalah yang diambil tidak dapat mengacu secara saklek pada suatu theori saja, tetapi lebih aplikatif dan dinamis sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Pemisalan yang sangat arif untuk menggambarkan hal ini adalah bahwa tidak ada kunci yang dapat membuka semua pintu, bahkan kunci inggris pun tak akan bisa membuka buku harian seorang anak.

Artinya seorang pemimpin tidak boleh terfokus pada problem oriented tetapi pada problem solving, yakni bagaimana menyelesaikan masalah dengan pendekatan-pendekatan tertentu. Oleh karena itu diperlukan kebersamaan dalam menyelesaikan setiap persoalan (team work). Bekerja secara bersama-sama dalam suatu tim (team work) akan jauh lebih bermanfaat dan efisien jika dibandingkan bekerja sendiri.

Kesimpulan dari semua usulan di atas adalah ternyata memang tidak mudah menjadi seorang pemimpin yang efektif. Semua orang memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin, tetapi tidak semua orang dapat menjadi pemimpin, dan akan lebih sedikit lagi orang yang dapat menjadi pemimpin yang efektif. Namun di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, maka usaha dan kerja serta upaya untuk terus belajar dan berbuat yang terbaik merupakan cara yang dapat ditempuh untuk menjadi pemimpin yang efektif.

Read more...

PEMIMPIN YANG EFEKTIF (Bagian I)

>> Thursday, July 31, 2008

Situasi global di milenium ketiga ditandai dengan berbagai ciri antara lain : adanya berbagai bentuk kompromi dan aliansi internasional artinya batas pemisah antar negara semakin sempit, teknologi informasi dan virtual supercanggih, perdagangan tanpa batas-batas negara dan lain-lain.


Semua ciri-ciri di atas merupakan suatu hal yang telah disepakati oleh seluruh warga dunia baik melalui kesepakatan tertulis maupun tidak. Artinya disadari atau tidak kondisi ini akan dihadapi baik disukai (dengan anggapan sebagai peluang) maupun tidak disukai (dengan anggapan sebagai suatu tantangan).

Menghadapi kondisi global ini, kita membutuhkan banyak kompetensi diantaranya adalah memiliki pemimpin yang berkemampuan. Pemimpin yang berkemampuan adalah seorang yang memiliki kemampuan dalam tiga hal yaitu : pertama, berani menghadapi tantangan; kedua, mampu memetik manfaat dari arus perubahan yang terjadi; dan ketiga, mampu mendesain lingkungan atau meng-create perubahan sesuai dengan keinginannya. Seseorang baru dikatakan sukses memimpin kalau dia telah mencapai ketiga hal tersebut.

Banyak literatur yang membahas tentang kepemimpinan, dari yang klasik konvensional sampai yang bersifat futuristik. dari pemikiran John Adair sampai pemikiran Feter F Drucker. Namun disini tidak akan dibahas semua pemikiran tersebut karena terlalu kompleks dan teoritis. Yang akan dibahas adalah makna pemimpin yang berkemampuan, yakni pemimpin yang efektif.

Pemimpin yang efektif adalah seorang yang memiliki talenta kepemimpinan yang besar, wibawa kepemimpinan yang memadai yang dirasakan oleh lingkungan sekitarnya, punya tekad, kemauan, dan rasa kepercayaan diri (self confident) yang tinggi, serta memiliki kemampuan prima dalam mengkoordinir orang untuk menjalankan fungsi kepemimpinannya ( sebagai manajer). Untuk semua kemampuan tersebut, maka seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial yang tinggi.

Hal terpenting yang membuat pemimpin itu efektif adalah eksekusi. Artinya bagaimana dia melaksanakan dan mewujudkan semua visi, misi, strategi, program, rencana, dan ide-ide yang dimiliki. Jadi pemimpin yang efektif tidak hanya sebatas omongan dan janji-janji saja atau terbatas kemampuannya berorasi atau berpidato dihadapan orang-orang yang dipimpinnya. Jadi pemimpin efektif terletak pada implementasi. Do or action! Not talk only...! (Bersambung....)






Read more...

tanggapan komentar

Terima kasih ya komentarnya lina. Abnormal situation yang dimaksud adalah dalam konteks sistem organisasi baik birokrasi maupun corporate (perusahaan). Dalam konteks antara rakyat dan negara tidak dipandang bahwa rakyat adalah bawahan atau sebaliknya negara /pemerintah adalah atasan. Jika kita kembali pada tujuan pembangunan justru yang menjadi objek pembangunan adalah rakyat artinya yang dibangun adalah masyarakat sehingga tujuan mulia bangsa adalah menjadikan rakyat sejahtera dan makmur. Pembangunan saranaprasarana bukan tujuan akhir tapi tujuan akhirnya adalah kemakmuran dan kesejahteraan, jadi jika kita melihat suatu daerah dengan sarana prasarana jalan bagus, bangunan elit, fasilitas publik ada, lalu kita menilai pembanguna sudah mencapai tujuan, ini keliru karena sesungguhnya yang dilihat adalah apakah sarana prasarana itu dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat. Ibaratnya kita bangun kota megah sementara di pelosok desa masih banyak rakyat yang gak makan, rumah seadanya, penduduk miskin semakin bertambah.
Menurut saya pajak bukan isentif rakyat terhadap negara tetapi kewajiban rakyat yang lebih makmur untuk membantu saudara=saudarnya yang belum makmur. Ini filosofinya, kenyataannya seperti apa barangkali semua punya punya persepsi masing-masing.

Read more...

NORMAL SITUATION DAN ABNORMAL SITUATION.......

>> Thursday, July 24, 2008

Theori merupakan kesimpulan yang diperoleh oleh para ilmuwan setelah melakukan pengamatan terhadap peristiwa/kejadian berulang yang terjadi pada situasi normal (normal situation)
Apakah kita berada pada situasi yang normal? Kalau ya, kenapa beberapa theori seakan jauh sekali dari penerapan yang ada? Ataukah kita berada pada situasi pengecualian (abnormal situation). Hal di bawah ini menunjukkan kita berada pada situasi normal atau tidak....
Normal situation : Para ilmuwan berpendapat bahwa dalam rangka memotivasi karyawan agar menunjukkan prestasi kerja, maka perusahaan memberikan insentif/reward atau penghargaan. Theori ini terbukti telah memberikan pengaruh yang besar bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerjanya.
Abnormal situation : Karyawab dituntut memberikan insentif agar dianggap berprestasi, ini tentu saja berlawanan dengan theori di atas. Mengapa demikian? Karena insntif seharusnya diterima oleh bawahan bukan atasan, lalu prestasi kerja ditunjukkan oleh hasil kerja bukan insentif karena insnetif adalah akibat bukan sebab. Jadi jika ini yang berlaku dilingkungan kita, maka kita berada pada abnormal situation, Maka bersiap-siaplah menjungkirbalikkan theori-theori yang telah dihasilkan oleh para ilmuwan................................

Read more...

liburan sekolah

>> Thursday, July 17, 2008

Vela bergaya di depan arena Dinosaurus Senayan.................

Vela, mbak rima (didepan), Mas reza dan bang vega (di belakang)

di Gelanggang Samudera Ancol............



Vela ..... dibandara batam







Bang Vega, Mas Reza dan Vela Di academy policy show, Ancol.................




Anak-anak (Vega dan vela)


Di theater Empat Dimensi Gelanggang Samudera Ancol...............












Read more...

MIGAS NATUNA .....ANTARA SAMBAS DAN NATUNA?

>> Tuesday, June 24, 2008


Sebelum reformasi bergulir terjadi ketimpangan pembangunan yang sangat mendasar antara daerah perkotaan yang berada di pulau Jawa dengan daerah lainnya. Konsep pembangunan orde baru adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi melalui kekuatan elit ekonomi di Pulau Jawa yang nantinya diharapkan akan menciptakan dan menumbuhkan lapangan kerja sehingga dengan sendirinya terjadi pemerataan pembangunan kepada seluruh masyarakat.
Melalui konsep ini (tentu saja didukung dengan berbagai peraturan) ini pula sumberdaya alam di berbagai daerah diekploitasi dan hasilnya dirasakan oleh segelintir orang di pusat kekuasaan (lagi-lagi di Pulau Jawa).
Sekarang memasuki era reformasi dan salah satu yang dapat dirasakan oleh daerah adalah adanya otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas bagi daerah untuk mengelola daerah beserta sumberdaya alam (dalam lingkup yang tentu masih terbatas). Beberapa daerah yang memiliki sumberdaya alam yang begitu besar, misalnya hutan, migas dan barang tambang merasakan dampak yang positif dimana potensi tersebut menjadi andalan sumber anggaran pembangunan yang signifikan.
Akan tetapi otonomi daerah tentu tidak dimaksudkan memecah belah bangsa ini (disintegrasi bangsa) sehingga antar daerah terjadi perebutan pengelolaan sumberdaya alam seperti yang terjadi pada kasus migas Natuna. Menilik beberapa komentar teman-teman khususnya dari Natuna, ada beberapa hal yang harus kita sama – sama perjuangkan dalam komitmen bersama :
Pertama, Bahwa persatuan dan kesatuan bangsa harus diletakkan pada tataran utama
Kedua, Bahwa Pengelolaan Sumberdaya Alam adalah ada pada tatanan konstruksi industri pertambangan yang diharapkan dapat menguntungkan dalam pengelolaan dengan memperhatikan efisiensi dan efektifitasnya
Ketiga, Bahwa Faktor Sumberdaya Manusia yang dibangun seyogyanya memperhatikan potensi sumberdaya alam yang dimiliki sehingga diharapkan di masa depan pengelolaan sumberdaya alam migas dapat mengandalkan SDM daerah sendiri. Demikian pula dengan sumberdaya alam lainnya seperti perikanan dan kelautan, serta perkebunan. Mulailah kita persiapkan sekarang ini. Jangan tunggu nanti ketika kita tidak lagi memiliki keunggulan komperatif seperti saat ini, sehingga ketika terjadi tarik menarik pengelolaan migas, kita dapat berbicara tidak hanya mengandalkan semangat otonomi tetapi juga dilandasi SDM yang andal.
Keempat, Bahwa kita harus memanfaatkan pengelolaan migas yang ada di wilayah ini sebagai sumber lapangan kerja dan membuka kesempatan peluang usaha. Dalam tataran ini berikan konsep yang jelas pada beberapa aspek yang saat ini dapat dilakukan oleh sumberdaya local. Karena pengelolaan ini bersifat high technology maka masyarakat selayaknya dapat memaklumi aspek-aspek tertentu tentu saja tidak dapat dilakukan oleh SDM local (bukan karena SDM kita tidak andal cuman belum siap jek dan yang jelas belum dipersiapkan)
Jadi menurut pendapat saya yang awam ini yang terpenting kita dapat membuat komitmen yang jelas pada aspek-aspek yang menguntungkan masyarakat kabupaten Natuna yang tentu saja dalam tataran dapat dilakukan oleh masyarakat. Komitmen yang saling menguntungkan karena antara dua daerah, yaitu Sambas dan Natuna.

Read more...

REKONSTRUKSI VISI DAERAH (VISI BUPATI....?)

Pembangunan Kabupaten Natuna sejak awal terbentuknya Kabupaten telah berlangsung selama hampir tujuh tahun, atau memasuki Repelita kedua (istilah orde baru menyebut pembangunan jangka menengah). Saat ini Natuna memasuki tahap Repelita kedua dengan visi yang jelas yaitu Natuna Mas 2020. Visi ini mengalami perubahan mendasar dibandingkan visi pada Pembangunan Lima Tahun Pertama Mengapa demikian ? Karena berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 bahwa visi misi Calon Bupati yang disampaikan ketika proses pemilihan Kepala Daerah merupakan visi daerah yang dilaksanakan ketika Calon Bupati tersebut terpilih.
Visi merupakan landasan yang sangat penting dalam suatu perencanaan strategis. Secara teoritis, perencanaan strategis selalu dimulai dengan mengenal kondisi daerah, permasalahan-permasalahan dan juga potensi yang ada. Oleh Minzberg proses ini dinamakan analisis eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman serta analisis internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dan oleh Steiner, proses ini dikenal sebagai dasar-dasar atau asumsi perencanaan. Intinya sama yaitu bagaimana memulai perencanaan strategis dengan mengenal hal-hal mendasar dalam daerah. Hal inilah menjadi tugas penting Badan perencanaan Pembangunan Daerah yaitu merumuskan rencana strategi daerah dengan menggabungkan visi Kepala daerah Terpilih dengan tahapan perencanaan yang telah dilaksanakan dan kondisi mendasar daerah.
Visi menuju Natuna MAS 2020 sesungguhnya bukan merupakan visi baru karena hal ini juga merupakan visi Bangsa Indonesia sebagaimana yang terdapat di dalam Pembukaan Undang-undang dasar 1945. Visi ini bersifat jangka panjang, tidak terbatas waktu, tetapi pada Natuna MAS 2020 visinya dibatasi tahun 2020, artinya diharapkan pada dua belas tahun yang akan datang visi tersebut diharapkan dapat terealisasi. Artinya Ketika dicanangkan Natuna Mas 2020, maka sasaran, langkah-langkah dan indicator dari Masyarakat adil, makmur dan sejahtera telah ada dalam konsep tersebut. Indicator adil, indicator makmur, indicator sejahtera telah disusun dalam bentuk angka-angka dan wujud yang real (Sekali lagi ini adalah tugas Badan Perencanaan Daerah). Kalaupun tidak dibuat, maka visi tersebut tidak menjadi tujuan tetapi hanya arah dan semangat yang melandasi pembangunan selama 12 Tahun ke depan. Hal ini sah-sah saja karena visi itu sendiri dapat dijadikan semangat atau ruh yang melandasi tujuan atau misi yang ingin dicapai. Namun dalam perencanaan strategisi, yang paling penting adalah bagaimana mencapai tujuan tersebut.
Pada dasarnya, untuk menjembatani antara visi Calon Bupati yang dianggap sebagai janji yang harus dilaksanakan setelah terpilih (sebagaimana amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004), maka akan lebih baik bagi Bappeda selaku Badan Perencanaan Daerah menggunakan model yang dikemukan oleh Bryson, yang mencakup delapan langkah utama, yaitu:
Pertama, memulai bersepakat dalam hal proses perencanaan strategis
Kedua, Mengendali mandat yang diemban (visi Bupati terpilih)
Ketiga, Menetapkan misi dan nilai yang dipegang (oleh stakeholder: Masyarakat, DPRD, tokoh-tokoh mayarakat dll )
Keempat Melihat kondisi eksternal dalam hal peluang dan ancaman
Kelima melihat kondisi internal dalam hal kekuatan dan kelemahan
Keenam menemu kenali isu-isu strategis yang dihadapi
Ketujuh merumuskan strategi untuk mengelola isu
Kedelapan merumuskan dan memantapkan visi daerah ke masa depan
Dalam perencanaan, factor yang tak kalah penting adalah evaluasi dan pengendalian karena merupakan mata rantai terhadap proses perencanaan yang berkelanjutan. Pengendalian diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh perencanaan telah berjalan sesuai dengan target, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Evaluasi diperlukan dalam rangka merumuskan perencanaan selanjutnya dan melakukan revisi terhadap rencana strategis apabila memang diperlukan. Karena itu perencanaan bukan konsep mati, stagnan dan statis tetapi bersifat dinamis dan fleksible tetapi terukur (SMART = Specyfic, Measurable, Achievable, Realistic dan Time Bond)

Read more...

Saat di Kapal

>> Thursday, May 15, 2008

Berfose di anjungan kapal dengan latar belakang Kota Singapure........... (Hampir gak kelihatan..)


Ini Lho my husband..... (Siapa yang nanya hi... hi...)




Di anjungan Kapal. Disinilah my husband mengais rejeki di negeri Singa karena di negeriku semakin susah mencari pekerjaan. Berlayar di laut singapure sungguh menyenangkan, ratusan kapal berlayar disini. Hati-hati ya cap.... jgn sampai nabrak kapal lain yee






Read more...

Pegawai Pemerintah: Asset atau Liabilities?


Pegawai pemerintah diharapkan menjadi asset (harta yang berharga) yang memberikan sumbangan positif bagi daerahnya, tetapi kita tidak menutup mata bahwa ada sebagian kecil pegawai pemerintah yang justru menjadi liabilities (beban) bagi daerahnya dengan kontribusinya yang negative sekalipun itu hanya berupa image negative saja.


Proses adopsi konsep desentralisasi di Indonesia berlangsung cukup lama dan hal ini telah menghasilkan suatu komitmen pemerintah terhadap otonomi daerah yang diwujudkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Konsekuensi lain dari konsep desentralisasi adalah bertambah lebarnya wewenang pemerintah daerah dan mengecilnya peran pemerintah pusat pada setiap daerah, walaupun ada batasan pada bidang-bidang tertentu seperti keuangan, pertahanan Negara, dan dalam hubungan dengan Negara lain.
Konsekuensi lain dari konsep desentralisasi yang diterapkan adalah adanya kebutuhan setiap daerah terhadap sumberdaya manusia yang akan mengelola asset-aset daerah tersebut sehingga seluruh asset-aset tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dalam memajukan masyarakat terutama masyarakat di daerah tersebut. Harus diakui bahwa potensi sumberddaya alam yang dimiliki oleh Kab. Natuna merupakan asset yang tak ternilai yang merupakan salah satu modal bagi Natuna untuk berkembang. Potensi ini tidak akan banyak bermanfaat jika tidak didukung oleh sumber daya manusia yang berkemampuan dan berdedikasi tinggi untuk mengolah dan menjaganya agar dimanfaatkan secara berkelanjutan tanpa menyebabkan ekses-ekses di kemudian hari.
Dalam organisasi birokrasi, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan SDM khususnya Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Natuna yaitu penegakan disiplin, membangun system karier yang sehat, peningkatan kualitas SDM, system perekrutan Pegawai, perencanaan kebutuhan pegawai, dan peningkatan etos kerja.
Pengelolaan SDM tersebut yang salah akan menghasilkan SDM yang lemah yang pada akhirnya memberikan konstribusi negative bagi daerah. PNS dapat berfungsi sebagai asset dimana PNS memberikan kontribusi positif bagi daerah dan PNS, selain itu PNS dapat pula sebagai liabilities apabila kontribusi yang diberikan tidak ada bahkan merugikan daerah. Namun demikian system pengelolaan SDM yang baik akan mampu menjadikan SDM PNS menjadi asset yang berguna bagi daerah, tetapi sebaliknya system yang amburadul akan menimbulkan SDM PNS yang merupakan liabilities (beban) bagi daerah. Jadi apabila suatu daerah lebih banyak PNS yang merupakan liabilities (beban) maka perlu dievaluasi system pengelolaan SDMnya.
Tantangan terbesar bagi pengelola SDM khususnya PNS di Natuna saat ini adalah bagaimana melaksanakan system pengelolaan SDM yang menurut saya sudah disusun oleh Pemerintah Pusat dengan baik (wong tinggal melaksanakan saja kok susah amat). Misalnya dalam hal penegakkan peraturan kepegawaian harus mengacu kepada PP 30 secara konsisten (orang natuna bilang ndek pandong bulu lah), dalam hal system karier harus memiliki ukuran/indikator kerja yang jelas, dalam hal perekrutan pegawai harus mengacu pada kebutuhan, dalam hal peningkatan kualitas SDM harus betul-betul diperhatikan output dari pendidikan dan pelatiihan yang diikuti, misalnya untuk tugas belajar barangkali harus memiliki standar universitas, standar nilai yang harus dicapai, standar waktu penyelesaian tugas belajar serta dipilih PNS yang betul-betul potensial (jika diperlukan lakukan test/psikotest). Dalam hal perencanaan kebutuhan pegawai harus mengacu pada visi misi daerah sehingga SDM PNS berada di garda depan dalam mencapai visi Kabupaten Natuna yakni Natuna Mas 2020. Dalam hal peningkatan etos kerja perlu diterapkan 5 prinsip kerja lebih (datang lebih awal, kerja lebih keras, kerja lebih cepat, kerja lebih bertanggung jawab, serta pulang lebih lambat).

Read more...

Motif Tikar Natuna

Tanggal 12 Mei 2008, Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Natuna mengadakan acara launching buku Motif Tikar Natuna di Ranai-Natuna yang merupakan hasil kerjasama dengan L'mar Production Jogjakarta. Beberapa motif tikar Natuna telah digunakan sebagai motif kain yang dipergunakan untuk seragam panitia MTQ II Propinsi Kepulauan Riau. Dalam buku tersebut ditampilkan sekitar 50 jenis motif diantaranya motif palak paku, bunga matahari, bunga cengkeh rabun 13, bunga retak, motif S dan lain-lain.

Tikar merupakan salah satu hasil kerajinan yang memiliki nilai seni dan budaya yang sepatutnya dilestarikan. Namum kurangnya minat generasi muda terhadap kerajinan ini menyebabkan regenarasi pengrajin perlu mendapat perhatian yang serius bagi semua pihak, sehingga kerajinan yang menjadi ciri khas daerah dapat dilestarikan.

Selain regenerasi pengrajin, permasalahan lain adalah memberikan sentuhan tehnologi tepat guna agar memperpendek waktu kerja per produk. Hal ini akan meningkatkan efiesiensi kerja sehingga biaya produksi dapat ditekan.


Read more...

Kunjungan ke bogor

>> Saturday, April 19, 2008



Awal April yang lalu saya berkunjung ke Bogor setelah hampir 7 Tahun gak pernah lagi kesana. Waduh... Bogor dah banyak berubah lho. Jalannya macet, cuaca pun gak dingin lagi. Yang gak berubah adalah kalo sore dah pasti hujan lengkap dengan petirnya. Memasuki kota Bogor saya kaget juga melihat sebuah bangunan modern berdiri megah. Oaalah bukankah dulu dibangunan itu adalah kampus IPB ruangan kelas saya belajar di TPB, dan asrama puteri. Ternyata bangunan tersebut berubah dan namanya diganti menjadi Botani Square. Apa pula itu?
Terbersit dalam fikiran saya mungkin semacam tempat pameran tamanan atau sejenis itulah.

Malamnya ketika saya diajak teman, namanya asep dan Ahmad (Bapak-bapak ini sudah menjadi eksekutif manajer lho) ke Botani Square. Ternyata tidak seperti perkiraan saya, rupanya botany sguare adalah sebuah mal/pusat perdagangan. Didalamnya juga ada convention centre serta sebuah hotel. Kami pun napak tilas dari suatu sudut ke sudut lain di mal itu sambil mennujukkan posisi kelas kami dulu, he ...he.. he.

Hari kedua saya di Bogor, saya berkunjung ke rumah dosen pembimbing saya dulu ketika mengambil program master. Namanya Bapak Prof Bunasor Sanim (beliau juga pembimbing pak SBY ketika mengambil program doktoral lho, hebat kan?). Orangnya baik dan daya ingatnya luar biasa. Sya bersama dengan teman namanya eni, disambut dengan ramah sekali. Dan beliau memberikan masukan-masukan yang sangat berharga buat saya. Terima kasih Prof...

Read more...

Gerakan Feminimisme, Masihkah Diperlukan?

>> Wednesday, April 2, 2008

GERAKAN FEMINISME, MASIHKAH DIPERLUKAN?
(Tulisan ini telah dimuat/dipublikasikan di Radar Kepri Edisi 42 Tahun I)

Permasalahan gender merupakan wacana yang telah banyak dibicarakan dan dibahas oleh banyak pihak terutama kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat yang menangani masalah perempuan (Dulu diistilahkan dengan wanita, tapi dengan adanya wacana gender makna wanita dianggap terlalu dangkal untuk menggambarkan peran wanita yang dianggap penting dan terhormat). Diskursus tentang masalah gender ini dimulai sejak diperkenalkannya konsep feminisme yang notabene merupakan pemikiran yang berasal dari dunia barat. Konsep feminisme ini pada awalnya menyerukan adanya kebebasan (freedom) dan persamaan (equality) antara dua makhluk berbeda jenis yang diciptakan oleh Tuhan yaitu laki-laki dan perempuan.

Bagaimana feminisme dalam makna gender berkembang di dunia dan bagaimana kita menyikapinya sebagai suatu konsep kontekstual yang berkembang di tengah masyarakat. Melalui tulisan ini diharapkan pembaca memahami makna feminisme, ideology yang mendasarinya, perkembangan-perkembangan mutakhir menyangkut makna feminisme, bagaimana kita menyikapi konsep ini serta bagaimana penerapan konsep ini di lingkungan masyarakat Indonesia dengan budaya paternalistik yang dominan.

GERAKAN FEMINISME DAN PERKEMBANGANNYA
Gerakan feminisme dimulai pada abad ke-19 di Amerika Serikat dengan focus gerakan pada satu isyu yaitu untuk mendapatkan hak memilih (The Right to vote). Pada saat itu, kaum perempuan dianggap sebagai warga Negara kelas dua yang disamakan dengan anak di bawah umur yang tidak boleh ikut pemilihan umum.
Pada Tahun 1948, sejumlah wanita berkumpul di Seneca Falls, New York untuk menuntut hak-hak mereka sebagai reaksi terhadap pelarangan pada wanita untuk bicara di depan umum. Pada pertemuan ini ada 4 hal yang menjadi tuntutan para wanita tersebut, yaitu : (1) mengubah Undang-undang perkawinan , yang menjadikan wanita dan hartanya mutlak berada di bawah kekuasaan suaminya, (2) memberi jalan untuk meningkatkan pendidikan wanita, (3) menuntut hak-hak wanita untuk bekerja, dan (4) memberikan hak penuh untuk berpolitik.
Pada tahun 1963, Betty Friedan menerbitkan buku yang berjudul The Feminine Mystique, yang menyebabkan isyu dan gerakan feminisme muncul kembali ke permukaan. Dalam bukunya Friedan mengatakan bahwa peran tradisional wanita sebagai ibu dan subjek yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, adalah faktor penyebab utama wanita tidak dapat mengembangkan kepribadiannya. Selanjutnya dikatakan bahwa wanita tidak selalu harus kawin dan mempunyai anak. Wanita dapat mengembangkan dirinya untuk menjadi apa saja, seperti yang dilakukan oleh kaum pria.
Gerakan feminisme menjadi suatu kejutan besar bagi masyarakat AS, karena gerakan ini memberikan kesadaran baru terutama bagi kaum perempuan, bahwa peran tradisional perempuan ternyata menempatkan perempuan pada posisi yang tidak menguntungkan , yaitu sub ordinasi perempuan. Kondisi ini terus berkembang karena ditunjang oleh keadaan social budaya melalui buadaya materialisme, liberalisme dan invidualisme.
Kalau kita perhatikan ternyata feminisme yang berkembang di AS pada tahun 1960-an adalah usaha untuk menyadarkan kaum perempuan bahwa mereka adalah golongan tertindas. Pekerjaan yang dilakukan perempuan di sector domestik (rumah tangga) dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif. Institusi keluarga dituding sebagai sebagai lembaga “old-age evil”, sehingga gerakan ini berkembang menjadi perempuan untuk dibebaskan dari penjara rumah tangga dan membenci pria. Pria dianggap sebagai sosok figure yang menindas, dan figure yang takut disaingi oleh perempuan. Oleh karena itu ada sekelompok feminisme yang menjadi lesbian dengan mottonya “ heterosexsual is rape”.
Usaha kaum feminisme yang m,engecilkan arti peran domestic perempuan, awalnya realtif berhasil dalam mengubah persepsi sebagian besar masyarakat AS terhadap keluarga konvensional. Ada beberapa faktor yang mendukung keberhasilan ini, yaitu : pertama, berkembangnya budaya materialisme yang mengukur segala bentuk keberhasilan dengan materi. Perempuan yang tidak meghasilkan uang dianggap lebih rendah powernya di dalam keluarga. Kedua, berkembangnya faham individualisme yang menempatkan individu sebagai figure yang lebih penting daripada kelompok. Pekerjaan domestic (rumah tangga) dalam persfektif individualisme dianggap sebagai pekerjaan “pengorbanan”. Ketiga, teori neoclassical economics gagal memasukkan nilai pekerjaan domestik (rumah tangga) ke dalam perhitungan GNP.
Gerakan feminisme yang begitu gencar dilakukan oleh kaum feminis tentu saja juga mendapat banyak tantangan bahkan di Negara liberal seperti halnya AS dimana sesungguhnya ide dan gerakan apa saja bebas berkembang di sana. Golongan yang paling menentang adalah kalangan konservatif ekstrim (ultra-right). Gerakan feminisme dicap sebagai gerakan yang dapat menggoncang kestabilan institusi keluarga, karena gerakan ini dituding sebagai gerakan yang ‘anti-family, anti-children, anti future. Gerakan konservatif yang menentang ini tergabung dalam berbagai organisasi yang disebut ‘New Right Movement’ sepeti The National Right to Life Committee’, Feminine-Anti Feminist League’, The League of Housewife’, dan sebagainya.
Diakui atau tidak, gerakan feminisme telah membawa banyak perubahan. Perempuan telah masuk ke segala sektor yang tadinya dimonopoli oleh kaum pria, tidak hanya di AS tetapi juga di seluruh dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia kita lihat perempuan aktif diberbagai sektor kehidupan seperti kesehatan, pendidikan, transportasi, politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan dan sebagainya. Namun demikian kita tidak menutup mata bahwa ternyata di Negara asalnya yaitu AS, feminisme ternyata telah menimbulkan krisis identitas terhadap feminisme itu sendiri. Hal ini tidak terlepas dari adanya antagonisme yang terjadi pada pemikiran-pemikiran feminisme, diantaranya yaitu : pertama, adanya tuntutan feminisme terhadap adanya kesejajaran antara pria dan perempuan, dimana sifat kewanitaan menurut feminisme dibentuk karena culture bukan nature sehingga untuk menghilangkan stereotif gender, pendidikan androgini harus diterapkan agar perempuan dan pria memiliki sifat yang sama ( ambisius dan agresif). Padahal kenyataannya perempuan yang aktif di sector public pun ternyata masih mendambakan perkawinan dan mempunyai anak untuk memenuhi kebutuhan alamiahnya. Kedua, adanya faham feminisme yang mendasarkan kebebasan wanita pada konsep individualisme, padahal konsep ini dalam diskursus filosofis telah direkonstruksi karena adalah tidak mungkin manusia itu bebas seratus persen dari lingkungannya. Kenyataan menunjukkan bahwa konsep kebebasan perempuan yang diperjuangkan tidak sesuai dengan sifat kodrati perempuan. Kaum perempuan yang ingin bebas ternyata masih saja mendambakan perlindungan dan komitmen dari pria. Hal ini disebut sebagai “Cinderella complex”, yaitu kaum perempuan yang ingin bebas justru tidak bebas karena merindukan perlindungan dari ‘sang pangeran’. Di lain pihak sang pangeran tidak mau memberikan komitmen lagi kepada para perempuan. Perempuan di mata pria sudah dianggap sebagai super woman. Seharusnya tidak ada lagi kata-kata seperti ‘ladies first’ dan sebagainya karena perempuan telah dianggap mampu melindungi dirinya sendiri.
Ketiga, tentang tuntutan feminisme agar adanya persamaan hak dalam undang-undang ternyata perempuan sendiri banyak menuntut kemudahan dan adanya perbedaan dalam perlakuan antara pria dengan perempuan, seperti adanya tuntutan perempuan untuk mendapat hak atas cuti hamil, menstruasi, atau shift malam dan sebagainya.

KESIMPULAN
Jika kita lihat fakta yang dialami oleh gerakan feminimisme di dunia terutama di Negara asalnya yaitu AS maka dapat disimpulkan bahwa saat ini telah terjadi perubahan arah gerakan femininisme dari gerakan feminisme modern yang sama sekali menghilangkan sifat kodrati perempuan yang terbentuk karena nature-nya menuju ke feminisme post-modern, dimana gerakan feminisme disesuaikan dengan sifat kodrati wanita dan bentukan budaya yang melingkupinya. Jadi perkembangan gerakan feminisme tidak dapat dilepaskan dari culture masyarakat dimana perempuan tersebut berada.
Di Indonesia sendiri termasuk di lingkungan budaya melayu, budaya paternalistic yang melingkupi merupakan faktor yang sangat diperhatikan. Budaya paternalistic menempatkan suami sebagai kepala keluarga/pemimpin di dalam keluarga. Hal ini merupakan landasan yang perlu diperhatikan oleh setiap perempuan dalam segala aktivitasnya baik domestic (rumah tangga) maupun non-domestik (sector public). Dari sudut pandang agama islam pun diakui pula bahwa suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan perempuan merupakan kepala rumah tangga.
Hal utama yang perlu diperhatikan oleh kaum feminimisme adalah usaha untuk menyadarkan masyarakat bahwa peran domestic perempuan di dalam rumah tangganya diantaranya peran reproduksi, mengasuh dan mendidik anak-anaknya dalam rangka mencetak tenaga kerja yang berkualitas dan bermoral, perannya sebagai pengatur rumah yang memberikan kesempatan kepada anggota keluarganya untuk bekerja lebih baik, secara tidak langsung telah memberikan kontribusi yang besar pada pembangunan ekonomi. Hal ini yang seharusnya dilakukan agar posisi perempuan tetap mendapat tempat terhormat sekalipun ia tidak berkerja di sector public. Akhirnya, perempuan baik sebagai ibu rumah tangga saja atau pun berperan ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus pekerja professional, mendapat tempat yang sama di masyarakat tergantung bagaimana dia menjalankan perannya tersebut. Semua aktivitas itu akan bernilai kalau aktivitas itu mampu memberikan manfaat kepada siapa pun baik langsung atau pun tidak langsung.






Read more...

PESAN AYAH

>> Tuesday, February 26, 2008


Assalamu'alaikum Rika anakku,
Melalui Blog ini ayah pesan agar Rika aktif menuangkan pemikiran untuk kemajuan kampung halaman kite. Ayah berharap pemikiranmu tentang itu tidak hanya tenggelam dalam pikiranmu saja. Ayah yakin pemikiran Rika kalau dituangkan melalui tulisan akan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.Sekian dulu khabar dari ayah. Oh ya ayah dan emak alhamdulillah sehat wal'afiat. Salam buat cucu tersayang ayah.
Airbatu, 26 Februari 2008

Read more...

  © Blogger template Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP